"Aku merindukan" entah kapan aku menulis beberapa kata ini, tak ada jejak
namun puisi ini bukanlah satu kesatuan yang utuh:
namun puisi ini bukanlah satu kesatuan yang utuh:
*Aku merindukan,
Surat tertulis tangan,
yang selalu kau titipkan.
*Tertutup kian
berdenyut,
Jiwa tak lagi menyatu
Sayup terdengar
Nyawa menangis pilu di
ambang sore
*Nyatalah sebuah
kebenaran.
Ia tertinggal dalam puing,
dan menetap di reruntuhan
Kasihnya melebihi apa
yang ku kira
Tertegun sejenak,
pesan ku lah yang terabaikan
*Beranjakah Ia sore itu?
Senja tenggelam di
pelupuk mata
dalam dukanya, Ia pun berkata
Bawalah aku wahai sang
pencipta
*Kiranya malam terus
berpesan
Menyampaikan berita si
pengelana yang lelah
Sudahlah,
biarkan hujan
membasahi baju dan tubuhmu,
panas adalah dingin pada akhirnya
* Cinta di dalam mata
membunuh jiwa yang
buta
0 komentar:
Posting Komentar