Minggu, 16 Januari 2011

Kiprah dan Pandangan Salmubi Terhadap Dunia Perpustakaan



Salmubi hanyalah anak manusia, anak kampung yang berasal dari desa terpencil  di pesisir Danau Tempe dan dia seorang anak yang mempunyai impian yang sangat sederhana tentang hidup dan cita-citanya. Namun dengan cita-cita yang sederhana itulah dia menjadi seorang sosok teladan bagi anak, istri, keluarga,  saudara, teman bahkan orang-orang yang yang menekuni dunia perpustakaan, baik itu para praktisi dan akademisi. Berbicara mengenai perpustakaan mungkin saja membosankan namun tidak bagi Salmubi sebagai pustakawan berprestasi, baginya perpustakaan mempunyai arti penting dalam kehidupan terutama dalam proses pembelajaran sepanjang hayat jadi jika ingin menyempurnakan kehidupan maka kita harus memanfaatkannya.

Masa Muda
Tidak ada kata “TIDAK BISA” semua dapat dilakukan dan diraih asalkan kita mau, inilah filosfi hidup dari tokoh pustakawan Indonesia yang menerima Juara II Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Asia Tenggara 2009 Congress of Southeast Asian Librarian (CONSAL) Outstanding Librarian Award (Silver Award) 2009, di Hanoi, Vietnam dan merupakan pustakawan Indonesia pertama yang meraih CONSAL Award. Suami dari Tenriampa, SS. M. Hum. ini telah dikaruniai tiga anak masing-masing, Rafidah Mu’adzhah Salmubi, Rabiatul Adawiah Salmubi, dan Abdurrasyiq Habibie.
Sebagai mahasiswa yang aktif pada kegiatan organisasi kampus sekaligus dipercaya sebagai Presedium Lembaga Kemahasiswaaan Unhas tidak membuat kegiatan belajar Salmubi sebagai mahasiswa terganggu ataupun berkurang justru mampu mengikuti perkuliah dengan baik dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan organisasi mengantarnya sebagai mahasiswa teladan Universitas Hasanuddin pada tahun 1991.  Apa arti dari nama Salmubi? Nama Salmubi adalah pemberian neneknya, kata atau nama Salmubi merujuk pada nama seorang kaya raya di kampung Salmubi ketika itu, sehingga nenek salmubi berharap supaya kelak cucunya ini dapat pula menjadi seorang kaya raya nantinya. Kalau tidak kaya harta seperti harapan nenek saya itu, paling tidak aku menjadi kaya ilmu pengetahuan” ujar Salmubi menambahkan.
Siapa sebenarnya pustakawan berprestasi ini? Apa nama Salmubi merupakan nama Hoki? Sal, itulah nama sapaan akrab Salmubi yang lahir di Wajo pada tanggal 1 November 1969. Sal kecil menjalani hidup apa adanya disebuah kampung terpencil di Sulawesi Selatan. Kampung Sal dimana ia dibesarkan berada di pesisir Danau Tempe kalau lagi banjir air berada di bawah rumah (rumah panggung) dan terkadang tak kunjung surut hingga berbulan-bulan. Walaupun hidup dikampung yang serba terbatas tidak membuat Sal kecil tidak kehilangan masa kecilnya untuk bermain dan belajar. Dimasa kecil, Salmubi telah menunjukan kecerdasan dan semangat tinggi untuk selalu belajar. Gemar dan senang membaca buku, beberapa buku yang Ia tamatkan kisah tentang Ade Irma Suryani Nasution, Jose Rizal (Pejuang Philipina) dan masih banyak yang lainnya. Padahal bagi anak-anak kampung seusianya  membaca adalah hal yang langka.
Sal anak dari seorang ayah H. Mangkana (alm) dan ibu Hj. Beta menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi kedua orang tuanya. Selain gemar membaca Sal selalu menjadi nomor satu dikelasnya sehingga Ia pun mampu menyelesaikan program Sekolah Dasar dalam waktu 5 tahun pada SDN No. 23 Baru Orai Tempe. Sal yang baru duduk dikelas 5 Sekolah Dasar sudah menjadi anak yatim. Sebagai anak yatim tidak membuat Sal pantang menyerah, dalam dirinya selalu tertanam untuk selalu bekerja dan belajar keras, mandiri dalam menjalani kehidupan termasuk dalam studi. Prinsip hidup untuk berhasil menjadi yang terbaik itulah yang ditanamkan sal dalam dirinya. Sehingga untuk mewujudkan cita-citanya sejak kecil Sal berbisnis menjual makanan dan buah-buahan yang penting dapat menghasilkan uang ujar Sal lagi.
Cita-cita masa kecil Sal ingin menjadi seorang Insinyur walaupun arti insinyur tidak diketahuinya, Sal hanya membaca beberapa informasi yang didapatnya dari koran-koran bekas. Sadar akan kondisi sebagai anak yatim, kehidupan Sal diisi dengan perjuangan tanpa henti hingga kejenjang Perguruan Tinggi. Boleh dikatakan sejak menjadi anak yatim hingga ke perguruaan tinggi keseharian Sal habis dengan bekerja dan belajari, ingin menjadi orang yang nomor satu dalam sekolah dan dalam banyak hal itulah Sal.

Pendidikan dan Karir
Setelah menyelesikan SMAN 1 Sengkang, Salmubi melanjutkan pada Perguruan Tinggi Hasanuddin (UNHAS) Makasar dalam Program Diploma D3 Perpustakaan. Yang terbayang dalam benak Sal untuk piihan ini, pertama pustakawan yang kurang, jurusan ini tentu mempunyai prospek dan peluang besar nantinya, kedua menjadi pustakawan itu pasti di kota dan di kantor.
Pendidikan Diploma Perpustakaan menjadi starting point penting Salmubi dalam kiprahnya di dunia perpustakaan. Semangat belajarnya sangat tinggi, bukan hanya terhadap ilmu perpustakaan, tetapi juga tentang kehidupan. Salmubi pun terlibat aktif dalam kegiatan oganisasi sejak mahasiswa sampai berkarier sebagai pustakawan. Semasa mahasiswa, ia pernah di HMI, Ikatan Kelompok Studi Ilmu Perpustakaan (Ketua, 1989), Badan Permusyawaratan Mahasiswa (Ketua 1990), dan Presedium Lembaga Kemahasiswaan Unhas (1991). Baginya, organisasi merupakan media pembelajaran efektif guna memperkaya horizonnya hidupanya.
Chemistry semangat belajar dan berorganisasi mengantarkan Salmubi meraih penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan UNHAS Tahun 1991. Selepas D3 Perpustakaan, ia melanjutkan pendidikan di Jurusan Sastra Inggris sebagai catatan Salmubi alumni SMA yang mampu berbahasa Inggris. Pilihan itu oleh sebagian besar teman kuliahnya dianggap sebagai langkah “berani”. Sebab, alumni D3 Perpustakaan ketika itu, umumnya, melanjutkan pendidikan di Fisipol. Tetapi, bagi Salmubi itu bukan masalah, meskipun, ia harus kuliah lebih lama. Sebab, jumlah SKS yang disesuaikan di Fakultas Sastra ketika itu hanya 18 SKS atau setara dengan satu semester saja. “Bagi saya setiap pilihan pasti ada resiko, resiko dari pilihan harus kita hadapi. Dan, setiap pilihan sulit, di baliknya ada keberuntungan besar” katanya melanjutkan.
Tidak dengan kemudahan dan perjalanan “mulus dan mudah”. Saat menjadi mahasiswa sastra Inggris, Salmubi diterima sebagai CPNS Perpustakaan Nasional RI (1992). Penempatannya di luar Makassar. Tetapi, SK CPNSnya itu ia abaikan. Sebuah pilihan sulit. Ia memilih untuk tetap melanjutkan kuliah. Selang beberapa bulan kemudian Salmubi diterima bekerja di Perpustakaan Politeknik Negeri Ujung Pandang. Berhubung pegawai baru terikat kontrak tidak boleh kuliah sehingga mengharuskan Salmubi kerja full di kantor dan mengambil cuti kuliah akademik selama beberapa tahun. Hingga, Direktur baru terpilih kebijakan berubah, Salmubi dapat melanjutkan kuliah lagi (termasuk S1 Perpustakaan) hingga selesai.
Bekerja di Politeknik penuh dengan tantangan. Perpustakaannya masih baru dan kecil lagi luasnya 5x7m. Koleksinya pun sedikit - sekitar 250 judul buku. Tapi, kondisi minus itu tidak menyurutkan semangatnya. Bahkan, ia lebih tertantang melakukan berbagai terobosan, antara lain, menuntut adanya alokasi anggaran rutin perpustakaan yang lebih memadai dan peningkatan keberpihakan pimpinan terhadap pengembangan perpustakaan sebagai pusat belajar.
Masa tersibuk Salmubi selain berstatus sebagai mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Salmubi juga melanjutkan pendidikan S1 Perpustakaan (Program Ekstensi) tahun 1995 di Fisipol Unhas. Pukul 8 pagi hingga 16 sore, Salmubi bekerja dan kuliah di Fakultas Sastra. Pukul 16 sampai 22, kuliah di Ekstensi. Setelah itu, ia menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Praktis istirahat hanya rata-rata 4 jam sehari. Salmubi berhasil menyelesaikan S1 Perpustakaan (1997) dan Sastra Inggris (2000). Walaupun untuk menjalani semua ini perlu pengorbanan waktu, biaya, tenaga yang sungguh melelahkan. Salmubi mampu menunjukan eksistensinya sehingga ia pun terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi Terbaik di Fakultas Sastra dan lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Profesi sebagai pustakawan menjadikannya lebih progressive dan dinamis. Sehingga pada tahun 1998, Salmubi diangkat sebagai Kepala Perpustakaan Politeknik hingga tahun 2001. Ditahun yang sama Salmubi mendapatkan beasiswa S2 dari Australian Development Scholarship“ untuk belajar ilmu perpustakaan di Adelaide, south Australia. Rejeki lanjut studi itu merupakan salah satu buah kerja keras dan pengabdiannya selama ini dan inilah yang menjembati dan mengembangkan karir Salmubi sebagai pustakawan.
Kuliah di luar negeri beda jauh dengan di Indonesia. Obyektivitas dosen dalam menilai menjadi salah satu faktor yang mendorong orang untuk belajar lebih serius. Proses pengajaran dari kurikulum sampai dengan pemeriksaan tugas sangat terorganisir dan sistematis. Sehingga kesehariannya sebagai mahasiswa adalah belajar dan belajar serta menyelesaiakan tugas-tugas perkuliahan. Selain itu Salmubi welcome dan akrab sekali dengan teman kuliah baik dalam perkuliahan maupun di luar perkuliahan. Selama menjalani perkulihan di luar negeri kendala utama yang dihadapi salmubi adalah kemampuan bahasa, terutama dalam menulis. Semua ini dapat dilalui hingga Salmubi mampu menyelesaikan kuliahnya dan menyadang gelar Master of Information Management pada tahun 2003.
Dibalik suksesnya salmubi dalam karir dan hidupnya adanya peran keluarga dan kolega. Bagi Salmubi memilih teman bergaul haruslah selektif,  memiliki visi jelas, motivasi tinggi, sukses dalam hidup dan kariernya. Dengan tujuan mendapatkan banyak inspirasi dari mereka sehingga dapat digunakan dalam menata rencana menuju sukses. Tapi, kunci dari semuanya adalah ketekunan dan semangat pantang menyerah dalam melakukan setiap pekerjaan kita. Katanya melanjutkan.
Banyak best practices penyelenggaraan perpustakaan yang Salmubi dapatkan. Kemudian, hal itu diterapkan secara bertahap di perpustakaan. Hasilnya, tercatat 3 kali, ruang perpustakaan pindah - ke ruangan yang lebih besar dalam periode 3 tahun. Dana rutin perpustakaan plus keberpihakan pimpinan sudah terlihat, meskipun dengan sejumlah keterbatasan. Bagi Salmubi, semua permasalahan dianggap sebagai tantangan yang melahirkan peluang untuk meraih kemajuan. Dan, tidak ada alasan untuk tidak berkarya hanya karena ada sejumlah hambatan atau persoalan.
Selain sebagai pustakawan di Perpustakaan Politeknik Negeri Ujung Pandang, Sal pernah diberi tanggungjawab sebagai Instruktur Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Hasanuddin, 1991-1992. Jabatan sebagai Kepala Perpustakaan Politeknik Negeri Ujung Pandang dan Sekretaris Tim Pengembangan Kampus Baru Politeknik Negeri Ujung Pandang, 2007 sampai sekarang
Berbagai terobosan ia lakukan. Sebagai Master of Information Management, Salmubi ingin segera  mewujudkan mimpinya memajukan Perpustakaan Politeknik menjadi perpustakaan akademik yang representatif. Tahap pertama, Salmubi berkontribusi besar dalam “menyulap” gedung perpustakaan (eks gedung locker mahasiswa) sebagai perpustakaan. Kemudian, ia secara bertahap membenahi sistem perpustakaan. Sejak menjabat sebagai Kepala Perpustakaan Politeknik, Perpustakaan berhasilkan mendapatakan dana hibah dan sumbangan dana dari berbagai institusi untuk pengembangan perpustakaan. Selain, proyek TPSDP, perpustakaan juga mendapatkan bantuan dana dari Singapore Polytechnic dan Groningen University Belanda.
Beberapa pendidikan non-formal yang pernah diikuti Salmubi, diantaranya, (1). Library Training Adelaide TAFE Library, South Australia tahun 1992, Magang di Perpustakaan IPB dan Universitas Indonesia tahun 2005 (2). Library and Information Technology Training, OCLC, Dublin, Ohio Amerika Serikat, 2006, (3) Library Internship Program on Information and Communication Technology in Curtin University of Technology Library, University of Western Australia, Murdoch University Library, Central TAFE of Western Australia, State Library of Western Australia, (4). Library Internship Program, Singapore Polytechnic, Singapura, 2007, (5). Digital Library Training, University Groningen Library, Belanda, April 2007, (6). Technology Innovation Fair, Singapura, Juli 2007, (7). Digital Library Management Internship Program, Hong Kong University Library, April 2008, (8). Comparative Study in National Library of Malaysia and Nottingham University Library, Malaysia, May 2009 dan (9) The 8th Annual Library Leadership Institute, Beijing, China, 2010.




Pengalaman dan Harapan yang berbuah manis
Kesempatan emas bagi Salmubi saat ia mendapatkan scholarship dari IFLA/OCLC Early Career Development Fellowship Program di USA. Dimana  Salmubi mengunjungi berbagai jenis perpustakaan di sejumlah states di USA, antara lain Library of Conggress (Washinton DC) dan American Library Association (ALA) di Chicago. Tidak hanya itu, Salmubi juga menjadi salah satu pembicara pada program “World comes to Illinois” di Chicago Public Library dan di Kantor Pusat OCLC, Dublin, Ohio. “Peristiwa itu sungguh sangat menyenangkan” bagi Sal.
Banyak pengalaman dan inspirasi baru yang Salmubi peroleh dari USA. Dan, semua itu memotivasinya untuk berbuat lebih banyak terhadap dunia perpustakaan di Indonesia. Karena itu, Salmubi terlibat aktif pada berbagai kegiatan pengembangan perpustakaan dan organisasi profesi antara lain pembenahan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Sulawesi Selatan. Ia pun berbagi ilmu dan pengalaman dengan pustakawan lain lewat kegiatan seminar dan pelatihan perpustakaan di tingkat lokal dan nasional. Pengalaman dan pengetahuannya ia sebarkan lewat sejumlah tulisan-tulisannya yang ikut dilombakan di tingkat nasional dimana tulisan-tulisan tersebut tidak luput untuk  mendapatkan penghargaan.
“Oleh-oleh berharga” yang dibawa pulang dari Amerika Serikat adalah “inspirasi” untuk mengabadikan nama B.J. Habibie, mantan Presiden RI ke-3 sebagai nama Perpustakaan Politeknik Negeri Ujung Pandang. Ide ini muncul setelah melihat Bill Clinton Public Library. Salmubi bermimpi mewujudkan hal serupa di Indonesia. Selama kurang lebih satu setengah tahun, Salmubi menyusun gagasan dan ide tersebut dalam sebuah proposal yang isinya meminta kesedian B.J. Habibie untuk diabadikan namanya sebagai nama Perpustakaan Politeknik.  “Dream comes true”, mimpi jadi kenyataan. B.J. Habibie menyetujui ide dan gagasan Salmubi. Meskipun, awalnya, banyak pihak yang meragukan, bahkan pesimis kalau ide dan gagasan itu dapat mewujud.
Pengabadian nama B.J. Habibie sebagai nama Perpustakaan Politeknik ditandai dengan penandatangan prasasti pada hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2007. Peristiwa ini menjadi kenangan manis Salmubi. “Saya hampir tak percaya, kalau ide saya itu mengantar saya bertemu dan berbicara langsung dengan B.J. Habibie – orang saya kagumi selama ini” tuturnya sambil tertawa.
Selain itu, Salmubi mendapatkan pengharagaan sebagai Pustakawan Berprestasi Terbaik I di Sulawesi Selatan. Kemudian, kebahagiannya berlanjut, saat ia dinobatkan sebagai Juara I Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional 2007.  Memperoleh tanda kehormatan ”Satyalancana Karya Satya”, 2008. Prestasi demi prestasi ia ukir. Salah satunya adalah penghargaan sebagai penulis artikel perpustakaan di tingkat nasional sejak tahun 2006 s.d. 2009. Impian Salmubi ingin meraih Juara I sebagai penulis artikel dalam lomba nasional. Sebagai seorang professional muda, Salmubi tidak pernah berhenti berkarya dan berkarya. Ia selalu melakukan setiap pekerjaannya dengan kerja keras dan sikap pantang menyerah terhadap berbagai “problematika” dalam hidup dan kariernya. Ia pun memiliki networking yang luas - dalam dan luar negeri.
Menurut Sal, Perpustakaan adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Jadi, bila kita ingin menyempurnakan kehidupan kita maka kita harus memanfaatkannya. Sal juga mengatakan bahwa Perpustakaan masa depan akan sangat ditentukan oleh perkembangan ICT. Teknologi inilah yang berkonribusi terhadap perubahan paradigm penyelenggaraan perpustakaan masa kini dan masa depan. Catatan penting yang perlu diingat bahwa pustakawan itu adalah profesi yang bagus untuk mengantar kitauntuk menjadi cendekia yang arif dan bijaksana. Berdasarkan pengalaman Salmubi menjadi pustakawan dalam kunjungannya keluar negeri bahwa pustakawan di luar negeri sangat terhormat, saya berkali kali menikmati kehormatan itu.
Dari beberapa kunjungan Salmubi ke luar negeri membuat Salmubi banyak belajar dari hal-hal yang dlihat, dialami, dan kemudian pelajari, ia mengatakan bahwa ini semua berkontribusi besar dalam memberkaya perspektif dan horizon berpikir saya dalam menata dan menjalani totalitas kehidupan ini dan karir tentunya.
Yang menjadi perhatian dan Salmubi dalam dunia perpustakaan adalah bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Teknologi Informasi (IT), Salmubi  mengatakan bahwa perpustakaan masa depan akan sangat ditentukan oleh perkembangan ICT, dengan teknologi inilah yang mampu berkontribusi terhadap perubahan paradigma penyelenggaraan perpustakaan masa kini dan masa depan, Implementasi IT dan penciptaan suasana perpustakaan, sehingga menjadi “surge” bagi pemakai untuk terus dan terus berada di perpustakaan.  Selanjutnya peran pustakawan sebagai penyedia jasa informasi akan bergeser, dengan adanya teknologi pustakawan sekarang berperan sebagai penyedia akses terhadap informasi. Tetapi intinya, pustakawan berkewajiban mendekatkan informasi kepada pemakai atau mendekatkan pemakai kepada sumber-sumber informasi yang dimiliki perpustakaan.
Lalu bagaimana tanggapan dan harapan Salmubi terhadap pustakawan Indonesia. Dalam hal kompetensi pustakawan Indonesia harus terus ditingkatkan, dengan mengacu pada standar kompetensi yang ditetapkan oleh lembaga yang memiliki otoritas terhadap itu. Dalam tulisanya ia mengatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan perubahan signifikan dalam kepustakawanan pada penghujung abad lalu adalah Information and Communication Technology (ICT). ICT telah merevolusi berbagai aspek di dalam penyelenggaraan perpustakaan yang selama ini berlangsung. Teknologi tersebut telah mengintroduksi layanan-layanan baru yang inovatif.  ICT juga telah menyebabkan data dan informasi dapat diolah, diproses, disimpan, ditransfer secara cepat, informasi dapat dimultimediakan dan lain sebagainya. Kemampuan lainya, yakni ICT mampu menghilangkan time and space tyranny yang selama ini menjadi kendala dalam berkomunikasi dan mengakses informasi. Untuk itu kita sebagai pustakawan pada era informasi dan hidup dalam tatanan information society, menuntut pustakawan menjadi lebih professional. Inilah segelintir pandangan Salmubi tentang perpustakaan masa depan. Andil Salmubi sebagai pustakawan yang produktif  baik itu pelatihan, pendidikan dan karya tulisnya yang ikut mewarnai dunia perpustakaan di Indonesia. 

Sumber

Salmubi (wawancara)

2 komentar:

dini wikartaatmadja mengatakan...

Pak SaL, bukan hanya kaya inteLektual tapi juga kaya hati..terima kasih untuk Pak SaL untuk bantuannya di Vietnam,,hehe

Ning Diar mengatakan...

Sep saya sependapat dengan anda.

Posting Komentar